Friday, March 27, 2015

The Steampunk Mermaid: Prolog




DORRR!!!
DORRR!!!
DORRR!!!

Menggema hingga ke langit yang merah jingga.


Peluru panas yang dimuntahkan oleh sebuah senjata Revolver Colt 45 menembus dadanya, menyusup di dalam jantungnya, membakar hangus kepercayaan diri dan keberaniannya. Ia tak ingin mati saat ini. Terlebih dari itu, ia tak ingin tertangkap oleh musuh-musuhnya. Langkahnya kemudian mundur semampu yang ia bisa, hingga dirasakannya bumi tak lagi ia pijak di bawah kakinya.

Dan, segera tampak di sana, tebing itu semakin jauh di atas kepalanya. Ia menyadari bahwa telah ditinggalkannya musuh-musuhnya di atas tebing itu.

Tubuhnya berat melayang. Dirasakannya angin menerpa membawa bau asin air lautan. Suara camar laut menembus pendengarannya yang semakin jelas menangkap tabrakan ombak dengan batuan karang. Lalu tubuhnya bertabrakan keras menghantam permukaan air lautan. Asin merebak ke dalam tenggorokannya. Warna biru gelap bercampur rona pekat cahaya merah mengabur semakin gelap saat batuan keras terasa memukul punggung kepalanya, menghantarkan nyeri yang menjalari seluruh tubuhnya seketika.

Asin. Asin. Asin. Sesak. Air mulai tertelan banyak dan menyumbat saluran pernapasannya. Ia panik namun tak dapat melakukan apa pun terkecuali diam, membiarkan tubuhnya tenggelam semakin dalam.

Lalu, wajah itu tertangkap matanya. Cantik. Kulitnya putih. Rambutnya legam terurai melayang-layang dimainkan air lautan. Siapa?
            
Seekor duyung kah? Atau sosok malaikat pencabut nyawa yang ingin dilihatnya dan lalu direfleksikan seenaknya oleh pandangannya yang telah dikuasai khayalan sepenuhnya? Ia terkekeh di dalam hati.
            
Kemudian gelap menyambar seperti kilat. Gelap. Gelap. Gelap. Sunyi. Begitu tenang. Begitu damai. Semua rasa sakit itu hilang. Mungkin beginilah ketika jiwa telah tak berada di dalam raga. Tak ada rasa sakit,  tak ada rasa apa-apa.

Mungkin beginilah kematian.[]

No comments:

Post a Comment